GRAFFITI
Sekelompok pasukan dengan mengenakan sweater dan masker
sambil menenteng cat semprot di tangan mulai berjalan menelusuri
jalan-jalan di Jakarta. Beberapa saat mereka sempat berdiam diri di
bawah fly over, dengan pandangan penuh arti menatap tembok-tembok yang
kosong dan kusam tersebut. Sedetik kemudian tangan-tangan mereka mulai
menyemprot tembok tersebut dengan cat semprot. Tidak ada yang tahu apa
yang mereka ciptakan saat itu, sampai keesokan paginya para pengguna
jalan mulai terheran-heran dengan karya para bomber tersebut. Dan karya
inilah yang kita kenal sebagai ?graffiti?.
Graffiti sendiri
berasal dari bahasa Itali yaitu ?graffito? dan akhirnya populer dengan
sebutan graffiti. Tidak ada yang mengetahui secara jelas kapan seni yang
satu ini mulai populer di dunia, yang jelas beberapa bukti menunjukan
bahwa graffiti sudah ada pada masa pemerintahan kerajaan Roma. Graffiti
pun mulai mengalami perubahan dari masa ke masa dan akhirnya sekarang
lebih kita kenal dengan modern graffiti. Di beberapa negara grafitti
menjadi sebuah hal yang melanggar hukum, di Indonesia sendiri belum
jelas pasal-pasal mengenai hal yang satu ini. Jika para bomber
tertangkap tangan, mereka hanya harus menghapus karya mereka tersebut.
Graffiti sendiri bisa menjadi sarana para bomber untuk menyuarakan jiwa
sosial mereka. Namun kini graffiti justru lebih condong sebagai salah
satu bentuk kreativitas dalam hal seni.
It?s My Style
Aliran
atau gaya dalam graffiti cukup banyak, namun ?tag? merupakan salah satu
dasar yang harus dimiliki oleh para bomber. Tag merupakan gaya dalam
menulis atau membuat gambar-gambar atau tulisan sehingga menarik,
biasanya para bomber memiliki ciri khas masing-masing pada tag-nya
tersebut. Selain tag ada pula yang disebut throw-up atau biasa disebut
fill-in, ini adalah sebuah teknik menggambar dengan sangat cepat dengan
menggunakan dua hingga tiga warna, di mana kecepatan menjadi tujuan
utama dalam gaya yang satu ini.
Paling seru dalam graffiti ialah
apa yang di sebut dengan wildstyle. Gaya ini adalah sebutan di mana
seorang bomber dapat melakukan apa saja, baik itu dari segi desain atau
pun pemilihan warna, dan karya yang paling ekstrim menjadi sesuatu yang
paling menarik di sini. Para bomber pun saling menghasilkan karya-karya
yang terkadang membuat seseorang harus memperhatikan dengan seksama
maksud dan arti dari karya-karya mereka tersebut.
Radical And Political
Graffiti
juga memiliki reputasi yang cukup buruk di mata pemerintah hampir di
seluruh negara, karena graffiti dituduh sebagai media yang paling
frontal untuk menghujat atau pun mengkritik secara keras sebuah
pemerintahan di sebuah negara. Walau pun kini banyak grafiti yang telah
meninggalkan cara seperti itu, namun tetap saja pemerintah masih banyak
yang tidak setuju dengan hal yang satu ini. Bisa dibilang seni ini
merupakan sebuah seni yang termasuk kategori underground. Bisa dibilang
demikian karena kegiatan ini dilakukan secara diam-diam dan biasanya
dilakukan pada malam hari. Membicarakan graffiti dan politik maka tidak
akan lepas dengan seorang tokoh yang bernama Alexander Brener. Ia lah
yang pertama kali membawa politik ke seni, dan ia juga lah yang pertama
kali menyuarakan politik lewat media yang satu ini.
Decorative And High Art
Graffiti
sekarang mulai memasuki masa keemasannya, selain di Indonesia sendiri,
di Amerika atau tepatnya di Brooklyn Museum sering diadakan pameran
graffiti yang kini disebut juga sebagai seni kontemporer. Berbagai
bomber profesional seperti Crash, Lee, Daze, Keith Haring dan
Jean-Michel Basquiat menjadi pahlawan dalam seni graffiti. Sekitar 22
bomber ikut berpartisipasi dalam pameran ini. Lain di Amerika lain pula
di Australia. Negara yang satu ini bahkan menjadikan graffiti sebagai
lomba publik yang selalu memiliki jumlah peserta yang sangat banyak.
Graffiti Against The Law
Di
Amerika lah graffiti pertama kali ditemukan, karena semakin banyaknya
bomber-bomber yang membom-bardir sudut-sudut kota di Amerika, akhirnya
pemerintah mulai menyediakan sebuah lahan untuk para bomber
mengekplorasikan karya-karya mereka. Di Philadelphia misalnya. Pada
tahun 1984, Philadephia Anti-Graffiti Network (PAGN) yang tadinya sangat
menentang seni ini akhirnya meciptakan sebuah program yang diberi nama
Mural Arts Program. Program ini menyediakan tempat yang sangat layak,
namun jika para bomber tersebut membuat graffiti di luar wilayah
tersebut, maka hukuman yang berat pun harus siap mereka terima.
Graffiti Sebagai Pesan Politik
Awas
anjing galak! Ternyata merupakan bagian dari graffiti kuno. Hah? Dan
kalau Belia suka narsis trus nyambung ke corat-coret tembok, akarnya
bisa ditemui di sebuah sekolah gladiator. Bayangkan seorang gladiator
perkasa, Celadus Crescens, saking narsisnya bikin graffiti dengan
tulisan Suspirium puellarum Celadus Thraex yang kalau diartikan
kira-kira "Celadus sang penghancur membuat gadis-gadis menarik nafas".
Ciee.. Masih banyak lagi istilah modern yang ternyata berawal dari
graffiti klasik, seperti Mansveta tene "handle with care.
Graffiti
diambil dari bahasa Italia, graffiato yang merupakan bentuk lampau dari
graffiare, membuat goresan. Lalu dirunut ke akar kata Latinnya yaitu
graphein, berarti menulis. Sejarahnya, penggunaan kata graffiti
digunakan untuk menjelaskan arti coretan, gambar yang ditemukan di
tembok atau reruntuhan bangunan kuno kota Roma. Artinya lalu berevolusi
dengan mencakup berbagai coretan di berbagai permukaan tempat umum atau
pribadi, tanpa izin, yang bisa dikategorikan sebagai vandalisme.
Penghinaan,
pesan politik, hingga pernyataan cinta bisa ditemukan di reruntuhan
pasca bencana gunung berapi Vesuvius, di kota Pompeii-Italia. Kehidupan
jalanan yang sering kita jumpai di tembok kota modern. Graffiti dengan
gaya modern pertama ditemukan di kota Yunani kuno, Efesus, kini dikenal
dengan Turki. Graffiti ini bergambar telapak tangan, telapak kaki, uang,
dan sebuah gambar hati. Hmm.. Apakah lagi-lagi berbau romantis?
Beberapa ahli menggambarkan ini justru memiliki arti promosi
prostitusional. Kok, bisa ya? Uniknya lagi, kebiasaan orang Romawi
ketika melihat graffiti adalah gatel untuk menambah-nambah tulisannya.
Apalagi kalau ternyata dia kenal dengan sang pembuat tulisan, atau
setuju dengan yang tertulis di sana.
Bukan hanya orang Romawi dan
Yunani aja yang punya sejarah graffiti. Situs kuno suku Maya di
Guatemala, juga memiliki contoh kuno graffiti. Bangsa Viking juga
menorehkan coretan mereka di Roma dan Irlandia, bangsa Varangians iseng
menulis di Hagia Sophia, Konstantinopel. Bangsa Irlandia kuno membuat
coretan di batu, bentuk alfabet kuno bernama Ogham. Beberapa contoh
terakhir mungkin enggak bisa kita sebut sebagai graffiti, dalam
pengertian modern, tapi para ahli sejarah mengkategorikannya demikian.
Masa
penjajahan dan kolonialisme secara tidak langsung mempercepat serta
memperluas perkembangan graffiti. Tahun 1790, ketika Napoleon mencoba
menaklukan Mesir, para prajuritnya membuat coretan di situs bersejarah
bangsa penyembah Ra ini. Lalu kebiasaan meninggalkan tanda seperti,
"Joni was here", yang kita temukan di berbagai tempat wisata, WC umum
atau bahkan di puncak gunung. Itu berawal dari kebiasaan para tentara di
Perang Dunia II. Termasuk salah satu bentuk graffiti paling populer
ketika itu adalah Mr. Chad, gambar muka dengan sepasang mata serta
hidung yang menggantung, beserta tulisan "What No".
Era
meninggalkan tanda ini masih belum masuk ke dunia gang, hingga akhir
abad 20, walaupun masih ilegal tentunya. Seniman graffiti illegal
pertama yang kasusnya dibukukan adalah Cornbread, dari Philadelphia.
Cornbread sudah mulai menggunakan media cat semprot untuk menghasilkan
karyanya. Perkembangan gangster, di daerah ghetto di Amerika menyulut
perkembangan graffiti yang lebih modern dengan media cat semprot serta
tagging yang unik dari para senimannya. Graffiti di gang, sering
digunakan untuk menyampaikan pesan politik kepada lawan, atau untuk
mengenang pahlawan mereka. Ketika Notorious B.I.G dan Tupac Shakur
meninggal dan menyisakan perang panjang antara East Coast dan West
Coast, nama mereka diabadikan di berbagai tembok dengan graffiti.
Graffiti? Menggunakan Pilox Sebagai Alat Propaganda
Dua
orang pemuda tidak jelas memakai balaclava dan di tangannya tergenggam
pilox sebagai "senjata aksi". Keduanya terlihat asyik mencorat-coret
tembok yang awalnya putih bersih. Sesekali mereka melihat ke kanan-kiri
untuk memastikan tidak ada seorangpun yang melihat mereka "beraksi".
Apa yang dilakukan mereka?
Banyak
orang mengatakan yang dilakukan orang-orang tadi adalah bombing.
Kesannya seperti menjatuhkan bom ke sebuah tempat layaknya anjing
keparat Israel yang menghujani Gaza saat ini dengan bom-bom pengecut
mereka. Tapi tentu bukan ini yang dimaksud. Namun bisa jadi juga itu
yang mereka inginkan karena keterbatasan mereka. Segala kemungkinan
& keinginan bisa saja terjadi tergantung motif dibelakangnya.
Kembali
ke masalah bombing tadi, coretan atau gambar yang mereka tuangkan lebih
dikenal dengan sebutan Street Art atau lebih ngetrend lagi disebut
graffiti. Grafitti sendiri berasal dari bahasa Itali yaitu "graffito"
atau "graphein" (Yunani) yang berarti menulis. Populer dengan sebutan
graffiti. Dia adalah kegiatan yang menggunakan komposisi warna, garis,
bentuk dan volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas dinding.
Alat yang digunakan biasanya cat semprot kaleng. Tidak ada yang
mengetahui secara jelas kapan seni yang satu ini mulai populer di dunia.
Beberapa bukti menunjukan bahwa graffiti sudah ada pada masa
pemerintahan kerajaan Roma. Disinyalir kebudayaan Mesir Kuno pun sudah
mengenal ini. Dapat dilihat dari lukisan-lukisan di dinding Piramid yang
mengkomunikasikan sebuah bahasa tertentu. Bahakan di Indonesia sekali
pun, graffiti sudah begitu dikenal apalagi ketika jaman revolusi. Jargon
Merdeka Atoe Mati begitu sering kita lihat dalam buku-buku sejarah.
Betul kan?
Graffiti pun mulai mengalami perubahan dari masa ke
masa dan akhirnya sekarang lebih kita kenal dengan modern graffiti. Pada
perkembangannya tersebut, graffiti awal 70-an di Amerika dan Eropa
menjadi sebuah jati diri kelompok yang menjamur di daerah-daerah urban.
Namun karena citranya yang kurang bagus, graffiti telanjur menjadi momok
bagi keamanan kota. Alasannya adalah karena dianggap memprovokasi
perang antar kelompok atau gang. Selain dilakukan di tembok kosong,
graffiti pun sering dibuat di dinding kereta api bawah tanah.
Oleh
karena itu, di beberapa negara grafitti menjadi sebuah hal yang tabu
bahkan kriminal, di Indonesia sendiri belum jelas pasal-pasal mengenai
hal yang satu ini. Jika para bomber (sebutan untuk para pembuat
grafitti) tertangkap tangan, mereka hanya harus menghapus hasil kerja
mereka tersebut.
Berbeda dengan Amerika Serikat, setiap negara
bagian memiliki peraturan sendiri untuk masalah ini. San Diego,
California, New York telah memiliki undang-undang yang menetapkan bahwa
graffiti adalah kegiatan ilegal. Di Philadelphia tahun 1984 dibentuk
Philadephia Anti-Graffiti Network (PAGN). Program ini menyediakan tempat
yang sangat layak, namun jika para bomber tersebut membuat graffiti di
luar wilayah tersebut, maka hukuman yang berat pun harus siap mereka
terima.
Umumnya graffiti dijadikan sarana para bomber untuk
menyuarakan jiwa sosial mereka. Adanya kelas-kelas sosial yang terpisah
terlalu jauh menimbulkan kesulitan bagi masyarakat golongan tertentu
untuk mengekspresikan kegiatan seninya. Akibatnya beberapa individu
menggunakan sarana yang hampir tersedia di seluruh kota, yaitu dinding.
Pendidikan kesenian yang kurang menyebabkan objek yang sering muncul di
graffiti berupa tulisan-tulisan atau sandi yang hanya dipahami golongan
tertentu. Biasanya karya ini menunjukkan ketidakpuasan terhadap keadaan
sosial yang mereka alami.
Kegiatan graffiti sebagai sarana
menunjukkan ketidakpuasan baru dimulai pada zaman Romawi dengan bukti
adanya lukisan sindiran terhadap pemerintahan di dinding-dinding
bangunan. Lukisan ini ditemukan di reruntuhan kota Pompeii. Sementara di
Roma sendiri dipakai sebagai alat propaganda untuk mendiskreditkan
pemeluk Kristen yang pada zaman itu dilarang kaisar. Di zaman modern,
graffiti lebih sering bersifat provokatif. Misalnya terlihat pada perang
Palestina-Israel. Juga berfungsi sebagai luapan emosi dari
ketertindasan, ketidakadilan sosial, dan sebagainya.
Namun
meskipun graffiti pada umumnya bersifat merusak dan menyebabkan
tingginya biaya pemeliharaan kebersihan kota, namun graffiti tetap
merupakan ekspresi yang harus dihargai. Sebab ia adalah merupakan
perwujudan bentuk ekspresi atas kondisi yang ada. Mereka peduli dan
sangat konsren atas sesuatu isu dan mencoba mempropagandakan agar apa
yang terjadi bisa dirasakan orang lain juga.
Aliran atau gaya
dalam graffiti cukup banyak. Namun pada umumnnya grafitti terbagi atas 3
hal; Radikal & Politis, Dekoratif, serta Melawan hukum. Isu-isu
inilah yang selalu ditampilkan dari para bomber. Tiap bomber memiliki
kecenderungan masing-masing atas pilihannya. Beberapa memilih
graffiti-graffiti bertema sekedar dekoratif semata. Namun beberapa yang
lain memilih tema-tema Against The Law seperti Cops Kill People With
Guns, We Kill Cops With This!. Sedangkan yang lainnya memilih untuk
melakukan bombing atas isu-isu sosial, politis seperti Free Palestine,
Hancurkan Kapitalis & Sosialis, Save Palestine With Jihad, Jihad!
Angkat Senjatamu Mujahidin! Hey Muslim Palestine Calls You, dll. Ini
mereka lakukan sebagai bentuk kritik & kekecewaan mereka atas
keadaan yang terjadi. Dan sangat mungkin karena ketidakmampuan mereka
untuk memberikan bantuan yang sepantasnya. Lalu daripada tidak membantu
sama sekali mereka mendorong orang agar mamu untuk memberikan
konstribusi nyata bagi apa yang mereka propagandakan dalam graffiti-nya.